Rancang
Masa Depan sejak Masih Menambang
Kerlingan
mata takkan cukup menghijaukan rumput di pekarangan negeri tetangga. Jentikan
jari takkan mampu mengejar mimpi Malaysia menjadi tujuan wisata dunia. Selalu
ada “imam” hebat yang mewujudkan rencana lewat kerja keras.
BINAR
mata
pengusaha asal Surabaya itu tak dapat disembunyikan ketika melangkah keluar
dari kereta gantung. Senyum hangat pria tambun ini seperti sedang membantah dinginnya
hawa Tanah Tinggi Genting di perbatasan Negara Bagian Pahang dengan Selangor,
Malaysia.
Usai mengundi nasib selama
delapan jam di Las Vegas-nya Malaysia, dia mengaku menang RM (Ringgit Malaysia)
60 ribu, setara Rp 200 juta. Kegemarannya adalah bermain Roulette dan Black
Jack. Memiliki jadwal sebulan sekali ke kasino yang dua ribu meter di atas
permukaan laut, si pengusaha mengatakan dirinya juga kerap kalah.
“Main begini, ada menang dan
kalahnya. Ada anginnya,” lanjut pria yang meminta namanya dirahasiakan tersebut.
Bertemu Kaltim Post di Genting
Highland, tengah pekan lalu, dia mengatakan kekalahan terbesarnya sekitar RM
100 ribu atau sekitar Rp 300 juta.
Mencuplik Times Online, pusat
perjudian Genting Highlands dibangun sejak 1965 ketika perseteruan politik
Indonesia-Malaysia memanas. Adalah Lim Goh Tong, sosok di balik pembangunan
kasino di negara berlandaskan syariat ini.
Peletakan batu pertama
pembangunan hotel pada Maret 1969. Perdana Menteri Malaysia Abdul Rahman
mengumumkan pemberian izin kepada Lim untuk membuka kasino.
Setelah pendiri Genting Group itu
meninggal 23 Oktober 2007, anaknya bernama Lim Kok Thay yang memimpin. Majalah Forbes
mengumumkan, sang anak masuk 40 taipan terkaya di Malaysia.
Didatangi jutaan orang saban
tahun, sejumlah sumber menyebutkan perputaran uang di Genting menembus Rp 24
triliun setahun. Sementara pendapatan bagi Pemerintah Malaysia mencapai Rp 3,6
triliun setiap tahun dari pajak di Genting. Tak heran bila kasino yang
dilengkapi hotel bintang lima dan wahana outbound
ini menjadi sponsor utama klub sepak bola Inggris, Aston Villa.
MENUJU GENTING: Untuk sampai ke kasino, mereka yang naik angkutan umum harus menggunakan kereta gantung. |
Dua jam dari pusat kota Kuala
Lumpur, para penggila judi yang naik angkutan umum harus naik kereta gantung.
Panjangnya sekitar 4 kilometer dengan durasi 20 menit.
Di pintu masuk kasino, mereka
yang berwajah Melayu mesti menunjukkan paspor. Tak siapapun orang Melayu muslim
berkewarganegaraan Malaysia boleh berjudi di sini. Hukuman tiga bulan disiapkan
oleh Negara Bagian Pahang bagi pelanggarnya.
Di dalam ruang judi tersedia
berbagai mesin permainan. Roulette, Poker, dan Black Jack menjadi arena yang
paling diminati. Seluruh fasilitas dilengkapi penjelasan berbahasa Inggris dan Mandarin.
Genting pun menjadi tujuan
favorit para turis bersama arena
permainan di Sunway Lagoon, menara kembar Petronas setinggi 452 meter, hingga
Sirkuit Sepang. Kuala Lumpur dan beberapa negara bagian di sekitarnya masuk 10
destinasi wisata dunia. Mengundang 8,9 juta turis atau delapan kali lipat dari
jumlah penduduk Kuala Lumpur.
Mengutip situs resmi Kementrian
Kebudayaan, Kesenian, dan Pelancongan Malaysia, wisatawan Indonesia yang datang
ke Malaysia pada 2004 sebanyak 250.144 orang. Tahun lalu, diperkirakan di atas dua
juta orang. Meskipun angka ini diragukan oleh Pemerintah RI, Malaysia mengklaim
bahwa Indonesia menjadi negara ketiga yang “mengirimkan” wisatawan setelah
Singapura dan Thailand.
Tingginya turis Indonesia
ditangkap sebagai peluang menggiurkan oleh AirAsia. Maskapai penerbangan asal
Malaysia ini membuka penerbangan langsung ke Kuala Lumpur dari berbagai
provinsi di Tanah Air, termasuk Balikpapan.
Bandingkan dengan Lion Air,
maskapai yang menguasai 43 persen penerbangan domestik. Di saat Singa Udara
baru berencana membeli 100 pesawat Airbus beberapa tahun mendatang, AirAsia
sudah punya 17 Airbus A320. Dengan rasio 75 persen penerbangan internasional,
maskapai ini telah menerbangkan 20 juta penumpang pada 2012.
***
MEREDUPNYA tambang
timah seiring berkurangnya sumber daya membuat Malaysia merencanakan industri
pengganti. Kota terpadu Sunway di barat Kuala Lumpur, misalnya. Sejumlah lahan
tambang pun disulap. Bersalin menjadi mal, wahana permainan, sampai padang golf
(baca Kaltim Post edisi 16 Januari 2013).
Lembaga Penggalakan Pelancongan
Malaysia menulis, industri pariwisata mulai dibangun 15 tahun lalu. Di bawah
kepemimpinan Mahatir Mohamad, infrastruktur Kuala Lumpur dan sekitarnya terus
dibenahi. Masa itu, pemerintah Malaysia mengucurkan RM 400 juta atau setara Rp
1,2 triliun (nilai sebelum krisis moneter).
Di Kuala Lumpur, kota yang
luasnya hanya sepertiga Samarinda, transportasi massal seperti monorail dan
kereta bawah tanah diwujudkan. Jalan terowongan yang juga pengendali banjir
serta jalan tol dibangun di penjuru negeri. Trotoar yang apik terhampar di seluruh
sisi jalan. Di setiap trotoar, tersedia jalur khusus bagi pedestrian yang
memiliki keterbatasan.
Macet yang menjadi momok berbagai
kota besar betul-betul disadari. Selain tol dan transportasi publik, Malaysia sejak
lama merencanakan memindahkan pusat pemerintahan. Kini, seluruh aktivitas
pemerintah beralih ke Putrajaya, sekitar satu jam perjalanan darat dari Kuala
Lumpur.
Di Indonesia, pemindahan ibu kota
Jakarta, meskipun telah direncanakan, belum ada kejelasan. Di Kaltim
lebih-lebih lagi. Masih level wacana.
Macet di ibu kota Malaysia memang
tak selesai 100 persen. Tetapi meski terlihat di beberapa titik terutama pada akhir
pekan, kepadatan kendaraan di Kuala Lumpur tidak separah Jakarta.
ANGKUTAN MASSAL: Monorail di Kuala Lumpur. Sukses mengusir kemacetan. |
Dibanding
Samarinda? Yang jelas Kuala Lumpur tidak memiliki pemandangan antrean kendaraan
sepanjang Jalan Slamet Riyadi menuju Jembatan Mahakam di kala petang.
Dan, kerja keras Malaysia selama
hampir 10 tahun terbayar. Mahatir memang sudah tak lagi menjabat, namun UMNO
--partai yang berkuasa-- masih belum tergantikan.
Kebijakan Perdana Menteri Mahatir
diteruskan para suksesornya, Abdullah Ahmad Badawi dan Najib Razak. Berganti
imam tak lantas membuat fokus Negeri Jiran dari industri pariwisata ikut
berganti pula.
Ringgit-ringgit dari kedatangan
turis pun terus memenuhi kocek Malaysia. Pada 1990, industri pariwisata duduk
di peringkat 16 pendapatan negara. Pada masa itu, selain minyak bumi, pundi-pundi
utama negara datang dari karet, kelapa sawit, dan tambang timah. Pada masa kini, Kementerian
Kebudayaan, Kesenian, dan Pelancongan Malaysia menyebutkan, pariwisata menempati
urutan kedua pendapatan negara setelah minyak bumi.
Akbar Ciptanto, mahasiswa asal
Samarinda yang menempuh S-3 Universitas Putra Malaysia menuturkan beberapa hal.
Banyak rekan sekampusnya bercerita bahwa yang dinikmati Malaysia sekarang telah
dirancang sejak kejayaan era pertambangan timah. Bukan setelah tambang selesai
baru memikirkan reklamasi dan industri penggantinya.
“Ini bisa menjadi pelajaran
penting bagi Kaltim atau Samarinda. Jika ingin membangun lokomotif ekonomi baru
yang menggantikan batu bara, sekarang inilah saat memulainya,” ucap Akbar yang mengambil
studi bioteknologi untuk gelar doktornya. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar